Creative Writing - Kembali Ke Pelukan Hangat
KEMBALI KE PELUKAN HANGAT
Pada zaman dahulu di sebuah desa
yang sangat asri dan nyaman terdapat keluarga yang sangat tajir melintir apa
saja yang tidak dimiliki oleh orang-orang di desa itu ada pada keluarga
tersebut. Keluarga ini sangat rukun, ramah kepada setiap orang baik itu
tetangga, pembantu, bahkan orang yang tidak kenal sekalipun. Tuan Rahma
begitulah sebutan kepala rumah tangga itu oleh orang-orang yang tinggal di desa
tersebut. Tuan Rahma menikah dengan seorang wanita yang berparas cantik dan
rupawan, tetapi sayang beliau meninggal ketika melahirkan Putri kedua mereka.
Akibat kejadian yang membahagiakan sekaligus menyedihkan harus dirasakan oleh
Tuan Rahma, bagaimana tidak karena Ia harus membesarkan kedua Puterinya yaitu Embun
dan Bening. Kedua puterinya hidup dengan damai dan tentram hingga semua yang
mereka berdua butuhkan bisa terpenuhi oleh Ayah mereka yaitu Tuan Rahma.
Sebagai seorang single parent
membuat Tuan Rahma mau tidak mau harus membesarkan kedua Puterinya sendiri,
oleh sebab itu karena Ia berpikir anaknya tidak selamanya bergantug kepada Ia
dan orang-orang pekerja dirumah itulah sebabnya dari kecil Tuan Rahma selalu
mengajarkan kepada Embun dan Bening untuk terbiasa hidup manidiri, tidak
bergantungan kepada orang lain. Meskipun Orangtuanya dapat mencukupi keperluan
mereka berdua, semua itu tidak didapatkan dengan mudah. Ketika kedua Puterinya
mengingingkan sesuatu, biasanya mereka harus dilakukan sesuatu telebih dahulu
baru dikasih upah yaitu sesuatu yang mereka inginkan.
Embun sebagai anak pertama meskipun
Ia rasa orangtuanya memiliki segala hal, tetapi Ia tidak pernah berlindung
dibawah ketiak sang Ayah. Karena dia berpikir semua itu hanyalah titipan,
terlebih Ia adalah tulang punggung keluarga. Embun dimata keluarga, tetangga
dan pekerja dirumah sangat baik dan ramah. Hal itu tentunya Ia lakukan juga
kepada Tuan Rahma, tetapi sifat yang paling disukai dari Tuan Rahma karena Ia
sangat penurut dan tidak pernah sekalipun membantah apa yang dikatakan Tuang
Rahma.
Berbeda dengan sang adik yaitu
Bening, meskipun dari kecil mereka sudah diajarkan mandiri oleh sang Ayah
tetapi tetap saja sifat manja dan kekanak-kanankan itu masih ada. Mungkin
karena anak bungsu dan menjadi anak kesayangan Tuan Rahma. Apapun yang
diinginkan Bening pasti dikabulkan sama Tuan Rahma meskipun mungkin pekerjaan
yang dilakukan tidak sulit yang diberikan Tuan Rahma kepada Embun. Salah satu
yang membuat Tuan Rahma lebih banyak memberikan kasih sayang kepada Bening,
karena sejak bayi Bening belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang Ibu
oleh sebab itu Tuan Rahma tidak ingin anak bungsunya merasakan kesedihan setiap
kali mengingat Ibunya.
Tidak terasa waktu berjalan terus,
kedua Puteri Tuan Rahma makin hari bertumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik.
Begitu pula dengan umur Tuan Rahma yang semakin hari semakin menua. Tuan Rahma
selalu khawatir dengan kedua Puterinya ketika suatu hari nanti Ia dipanggil
oleh Yang Maha Kuasa.
Suatu hari sikap Bening tiba-tiba
berbeda dengan hari biasanya. Seperti ada hal yang disembunyikan dan pada hari
itu juga ketika malam berlangsung Bening belum berkumpul dimeja makan untuk
makan malam bersama. Tuan Rahma menyuruh Embun untuk memastikan apakah Bening
ada dikamar atau tidak, dan begitu diperiksa ternyata Embun tidak ada dikamar
dan Ia mencari ke kamar Sang Ayahpun taka da juga. Embun kemudian salah fokus
ketika melihat lemari tempat penyimpanan uang, perhiasan sudah kosong, Ia pun
memberitahu hal itu kepada Sang Ayah.
Seluruh rumah bahkan tetangga-tetangga
di desa itu mencari kemana perginya Puteri bungsu Tuan Rahma. Hal itu sangat
disayangkan oleh Tuan Rahma, karena anak yang selama ini Ia sayang dan
banggakan kini telah kabur dari rumah meninggalkan Ayah dan Saudaranya. Bening
kabur dengan membawa semua harta yang ia miliki dan beberapa harta yang ia curi
di lemari Sang Ayah. Tiga hari kemudian Tuan Rahma mendapat pesan dari nomor
yang tidak dikenal ternyata itu dari Bening, Ia mengatakan bahwa jangan
khawatir karea Ia pergi karena bosan dirumah dan ingin bertahan hidup diluar
dengan harta yang dipunya.
Beberapa bulan setelah kejadian itu
Tuan Rahma selalu cemas bahkan hari-harinya tidak sebaik sebelumnya. Melihat
Sang Ayah yang selalu kepikiran tentang adik bungsunya tersebut Ia mengatakan
kepada Sang Ayah untuk melupakan Bening yang tidak punya perasaan sama sekali
terhadap keluarga, bahkan Embun menyuruh Sang Ayah untuk menghapus Bening dari
daftar keluarga. Tetapi untungnya sebagai seorang Ayah, Tuan Rahma mempunyai
kebijakan sendiri. Ia tetap memberikan kesempatan dan tetap mengharapkan
anaknya untuk kembali pulang.
Di luar pemikiran Embun diawal Ia
tidak mengira bahwa harta orangtua yang Ia bawa kabur dari rumah itu ternyata
sudah habis dan tidak dapat untuk mencukupi kebutuhan makan Ia sehari-hari. Ia
kepikiran untuk kembali kerumah tetapi Ia tidak mau karena merasa akan diusir
dan tidak diterima oleh orang rumah lagi apalagi telah mengambil beberapa harta
yang dimiliki oleh Sang Ayah. Kemudian Bening bekerja menjadi kasir disebuah
supermarket tetapi Ia harus dikeluarkan karena ketahuan mencuri, Ia pun
mencari-cari pekerjaan tetapi tidak ada satupun pekerjaan yang bisa
menerimanya. Ia pun sempat berpikir coba saja kalau dia dirumah apa saja yang
Ia mau bisa terpenuhi bahkan tidak memakan makanan basi seperti ini. Bening
akhirnya sadar diri dan memberanikan diri untuk kembali kerumahnya. Pada saat
itulah kebetulan ada acara ulang tahun Sang Ayah.
Embun di depan gerbang melihat Ayah
dan kakaknya Embun sedang memotong kue tart yang sangat besar. Ketika Ia ingin
berbalik arah tiba-tiba Tuan Rahma memanggilnya dengan nada yang sangat keras
dan hal itu membuat semua orang yang berada disitu kaget dan pandangan mereka
tertuju kepada seorang wanita yang dari kemarin-kemarin ditunggu kedatangannya
ditengah-tengah mereka. Embun pun lari kea rah Sang Ayah dan memeluknya beserta
dengan Sang Kakak. Embun yang sesengukan menangis pun menceritakan kenapa Ia
keluar dari rumah dan Ia jujur mengakui kesalahannya karena sudah mengambil
harta milik Sang Ayah dan mengambur-hamburkan diluar sana.
Karena senang Puteri bungsunya sudah
kembali kerumah, Tuan Rahma yang adalah Sang Ayah pun memberikan makanan yang
enak serta baju yang sangat indah sebagai tanda sang anak sudah kembali
kepelukan keluarga. Embun yang awalnya mulai benci sama adiknyapun menjadi
tanggap dengan cepat bahwa apa yang terjadi ini bisa menjadi pelajaran untuknya
dan sebagai kakak harus bisa merangkul adik dan keluarga ketika ada masalah
yang terjadi bukannya malah memperkeruh dengan memberikan statement atau ajakan
untuk membuat suasana menjadi keruh.
Pada zaman dahulu di sebuah desa
yang sangat asri dan nyaman terdapat keluarga yang sangat tajir melintir apa
saja yang tidak dimiliki oleh orang-orang di desa itu ada pada keluarga
tersebut. Keluarga ini sangat rukun, ramah kepada setiap orang baik itu
tetangga, pembantu, bahkan orang yang tidak kenal sekalipun. Tuan Rahma
begitulah sebutan kepala rumah tangga itu oleh orang-orang yang tinggal di desa
tersebut. Tuan Rahma menikah dengan seorang wanita yang berparas cantik dan
rupawan, tetapi sayang beliau meninggal ketika melahirkan Putri kedua mereka.
Akibat kejadian yang membahagiakan sekaligus menyedihkan harus dirasakan oleh
Tuan Rahma, bagaimana tidak karena Ia harus membesarkan kedua Puterinya yaitu Embun
dan Bening. Kedua puterinya hidup dengan damai dan tentram hingga semua yang
mereka berdua butuhkan bisa terpenuhi oleh Ayah mereka yaitu Tuan Rahma.
Sebagai seorang single parent
membuat Tuan Rahma mau tidak mau harus membesarkan kedua Puterinya sendiri,
oleh sebab itu karena Ia berpikir anaknya tidak selamanya bergantug kepada Ia
dan orang-orang pekerja dirumah itulah sebabnya dari kecil Tuan Rahma selalu
mengajarkan kepada Embun dan Bening untuk terbiasa hidup manidiri, tidak
bergantungan kepada orang lain. Meskipun Orangtuanya dapat mencukupi keperluan
mereka berdua, semua itu tidak didapatkan dengan mudah. Ketika kedua Puterinya
mengingingkan sesuatu, biasanya mereka harus dilakukan sesuatu telebih dahulu
baru dikasih upah yaitu sesuatu yang mereka inginkan.
Embun sebagai anak pertama meskipun
Ia rasa orangtuanya memiliki segala hal, tetapi Ia tidak pernah berlindung
dibawah ketiak sang Ayah. Karena dia berpikir semua itu hanyalah titipan,
terlebih Ia adalah tulang punggung keluarga. Embun dimata keluarga, tetangga
dan pekerja dirumah sangat baik dan ramah. Hal itu tentunya Ia lakukan juga
kepada Tuan Rahma, tetapi sifat yang paling disukai dari Tuan Rahma karena Ia
sangat penurut dan tidak pernah sekalipun membantah apa yang dikatakan Tuang
Rahma.
Berbeda dengan sang adik yaitu
Bening, meskipun dari kecil mereka sudah diajarkan mandiri oleh sang Ayah
tetapi tetap saja sifat manja dan kekanak-kanankan itu masih ada. Mungkin
karena anak bungsu dan menjadi anak kesayangan Tuan Rahma. Apapun yang
diinginkan Bening pasti dikabulkan sama Tuan Rahma meskipun mungkin pekerjaan
yang dilakukan tidak sulit yang diberikan Tuan Rahma kepada Embun. Salah satu
yang membuat Tuan Rahma lebih banyak memberikan kasih sayang kepada Bening,
karena sejak bayi Bening belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang Ibu
oleh sebab itu Tuan Rahma tidak ingin anak bungsunya merasakan kesedihan setiap
kali mengingat Ibunya.
Tidak terasa waktu berjalan terus,
kedua Puteri Tuan Rahma makin hari bertumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik.
Begitu pula dengan umur Tuan Rahma yang semakin hari semakin menua. Tuan Rahma
selalu khawatir dengan kedua Puterinya ketika suatu hari nanti Ia dipanggil
oleh Yang Maha Kuasa.
Suatu hari sikap Bening tiba-tiba
berbeda dengan hari biasanya. Seperti ada hal yang disembunyikan dan pada hari
itu juga ketika malam berlangsung Bening belum berkumpul dimeja makan untuk
makan malam bersama. Tuan Rahma menyuruh Embun untuk memastikan apakah Bening
ada dikamar atau tidak, dan begitu diperiksa ternyata Embun tidak ada dikamar
dan Ia mencari ke kamar Sang Ayahpun taka da juga. Embun kemudian salah fokus
ketika melihat lemari tempat penyimpanan uang, perhiasan sudah kosong, Ia pun
memberitahu hal itu kepada Sang Ayah.
Seluruh rumah bahkan tetangga-tetangga
di desa itu mencari kemana perginya Puteri bungsu Tuan Rahma. Hal itu sangat
disayangkan oleh Tuan Rahma, karena anak yang selama ini Ia sayang dan
banggakan kini telah kabur dari rumah meninggalkan Ayah dan Saudaranya. Bening
kabur dengan membawa semua harta yang ia miliki dan beberapa harta yang ia curi
di lemari Sang Ayah. Tiga hari kemudian Tuan Rahma mendapat pesan dari nomor
yang tidak dikenal ternyata itu dari Bening, Ia mengatakan bahwa jangan
khawatir karea Ia pergi karena bosan dirumah dan ingin bertahan hidup diluar
dengan harta yang dipunya.
Beberapa bulan setelah kejadian itu
Tuan Rahma selalu cemas bahkan hari-harinya tidak sebaik sebelumnya. Melihat
Sang Ayah yang selalu kepikiran tentang adik bungsunya tersebut Ia mengatakan
kepada Sang Ayah untuk melupakan Bening yang tidak punya perasaan sama sekali
terhadap keluarga, bahkan Embun menyuruh Sang Ayah untuk menghapus Bening dari
daftar keluarga. Tetapi untungnya sebagai seorang Ayah, Tuan Rahma mempunyai
kebijakan sendiri. Ia tetap memberikan kesempatan dan tetap mengharapkan
anaknya untuk kembali pulang.
Di luar pemikiran Embun diawal Ia
tidak mengira bahwa harta orangtua yang Ia bawa kabur dari rumah itu ternyata
sudah habis dan tidak dapat untuk mencukupi kebutuhan makan Ia sehari-hari. Ia
kepikiran untuk kembali kerumah tetapi Ia tidak mau karena merasa akan diusir
dan tidak diterima oleh orang rumah lagi apalagi telah mengambil beberapa harta
yang dimiliki oleh Sang Ayah. Kemudian Bening bekerja menjadi kasir disebuah
supermarket tetapi Ia harus dikeluarkan karena ketahuan mencuri, Ia pun
mencari-cari pekerjaan tetapi tidak ada satupun pekerjaan yang bisa
menerimanya. Ia pun sempat berpikir coba saja kalau dia dirumah apa saja yang
Ia mau bisa terpenuhi bahkan tidak memakan makanan basi seperti ini. Bening
akhirnya sadar diri dan memberanikan diri untuk kembali kerumahnya. Pada saat
itulah kebetulan ada acara ulang tahun Sang Ayah.
Embun di depan gerbang melihat Ayah
dan kakaknya Embun sedang memotong kue tart yang sangat besar. Ketika Ia ingin
berbalik arah tiba-tiba Tuan Rahma memanggilnya dengan nada yang sangat keras
dan hal itu membuat semua orang yang berada disitu kaget dan pandangan mereka
tertuju kepada seorang wanita yang dari kemarin-kemarin ditunggu kedatangannya
ditengah-tengah mereka. Embun pun lari kea rah Sang Ayah dan memeluknya beserta
dengan Sang Kakak. Embun yang sesengukan menangis pun menceritakan kenapa Ia
keluar dari rumah dan Ia jujur mengakui kesalahannya karena sudah mengambil
harta milik Sang Ayah dan mengambur-hamburkan diluar sana.
Karena senang Puteri bungsunya sudah
kembali kerumah, Tuan Rahma yang adalah Sang Ayah pun memberikan makanan yang
enak serta baju yang sangat indah sebagai tanda sang anak sudah kembali
kepelukan keluarga. Embun yang awalnya mulai benci sama adiknyapun menjadi
tanggap dengan cepat bahwa apa yang terjadi ini bisa menjadi pelajaran untuknya
dan sebagai kakak harus bisa merangkul adik dan keluarga ketika ada masalah
yang terjadi bukannya malah memperkeruh dengan memberikan statement atau ajakan
untuk membuat suasana menjadi keruh.
Komentar
Posting Komentar